Semuanya tersembunyi dalam tabir keghaiban-Nya, dan tersimpan dengan indah di lauhul mahfuzh.
Jadi, apalagi yang perlu kita khawatirkan? Dan kenapa pula kita harus mengejar-ngejar sesuatu yang justru akan menghampiri diri kita?
Oleh karena itu, jangan pernah mengobral murah kehormatanmu untuk hal yang kita sendiri tidak yakin kehakikiannya?
Lebih baik memperbaiki diri untuk menjadi yang sholeh atau sholehah, agar Allah pun mempertemukan kita dengan pendamping hidup yang juga sholeh atau sholehah, dan akan menjadi teman yang abadi kelak sampai kesyurga-Nya.
Jika kita renungkan secara mendalam tentang kedua hal tersebut yaitu jodoh dan maut, tentu kita takkan sibuk-sibuk untuk dengan sengaja mencari kesana kemari dan hari-hari dipenuhi rasa galau, bayangkan, bagaimana jika ternyata yang lebih dulu menjemput itu adalah maut?
Sedangkan keadaan kita masih sangat jauh dari kesholehan, niscaya hanya akan menyisakan penyesalan yang mendalam.
Masa penantian adalah masa dimana kita ditempa untuk menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik, agar kebaikan-kebaikan tersebut terbawa kelak ketika memasuki bahtera rumah tangga. Karena kehidupan berumah tangga itu bukan untuk sehari dua hari, tapi untuk selama-lamanya.
Banyaknya rumah tangga yang berakhir dengan perceraian karena kurangnya ilmu tentang berumah tangga, terlalu banyak menghabiskan masa penantian dengan hal-hal yang sia-sia, terlalu fokus dengan kriteria-kriteria yang wah, padahal itu belum tentu adalah jodoh yang sebenarnya.