Wahai Calon Suamiku, aku tahu engkau sedang berjuang, engkau sedang lelah berdakwah, kesana sini dengan berbagai program dakwah, sehingga kadang kala engkau merasa lelah dan lemah.
Namun, berabarlah Wahai Calon Suamiku, aku sedang menunggumu, aku juga sedang letih sepertimu, karena kesetiaanku padamu.
Aku menolak untuk terlibat dengan aktifitas yang mengundang maksiat Hati, aku menolak berbicara dan bersendau gurau dengan yang bukan mahramku.
Karena perasaanku telah tersimpan untukmu, walaupun aku belum mengenali siapakah dirimu.
Duhai Calon Imam Dalam Sholatku, Persiapkanlah dirimu dengan ilmu, karena aku mendambakan seorang suami yang mampu mendidikku dan zuriat-zuriat kita nanti, bukan paras muka semata-mata. Didiklah aku agar senantiasa tegar dalam mujahadahmu.
“Yaa Allah, kami saling merindui, namun kami tidak pernah mengenal satu sama lain, karena Engkau telah menutup pandangan kami dengam hijab yang sangat tebal.”
“Namun, kami yakin Engkau menghijab kami agar kami senantiasa melengkapi diri dengan segala bekal yang di perlukan, kami memohon agar hijab di antara kami segera terbuka bila mana kami benar-benar telah bersedia.”
“Kelak pernikahan kami adalah maharnya Dakwah dan kasih sayang yang tumbuh antara kami hanyalah satu yaitu Menuju Ridha-Mu.”
Aamiin Yaa Rabbal’aalamiin.
Wahai Calon Suamiku, Bersabarlah Menanti Pertemuan Kita.
Baca Juga: Do’aku Untukmu Duhai Kekasihku.