Dan gerbang itu bernama Pernikahan.
Ingatlah, menikah itu bukanlah upacara yang diramaikan gending cinta, bukan pula rancangan gaun pengantin ala cinderella, apalagi rangkaian mobil undangan yang memacetkan jalan.
Tapi menikah adalah berani memutuskan untuk berlabuhnya cinta, ketika ribuan kapal pesiar yang gemerlap memanggil-manggil.
Menikah adalah proses penggabungan dua orang berkepala batu dalam satu ruangan dimana kan diuji sejauh mana pembuktian cinta mereka yang sebenarnya.
Karena menikah adalah proses pengenalan diri sendiri maupun pasangan kita, tanpa mengenali diri sendiri, bagaimana kita bisa memahami orang lain?
Tanpa bisa memperhatikan diri sendiri, bagaimana kita bisa memperhatikan pasangan hidup?
Baca Juga: Assalamu’alaikum Cinta, Apa Kabar?
Jika berani mencintai, harus berani menikahi, khususnya bagi para kaum lelaki, jangan bisanya cuma obral janji, hingga di sana-sini banyak yang terlukai, akhrnya menumpuk sakit hati.
Karena menikah sangat membutuhkan keberanian tingkat tinggi, toleransi sedalam samudra, serta jiwa besar untuk ‘Menerima’ apa yang ada dan apa adanya.
Siapa yang berani mencintai, maka harus bersiap untuk menikahi, bukankah dengan menikah, mereka akan disejajarkan Rasulullah SAW dengan mujahid fii sabilillah yang dijanjikan akan mendapat pertolongannya?
Rasulullah SAW bersabda: “Tiga golongan yang menjadi keharusan Allah untuk membantu mereka adalah orang yang menikah untuk memelihara kesucian diri, budak yang hendak membayar kemerdekaan dirinya, dan orang-orang yang berperang di jalan Allah.” (HR. Ahmad, Turmudzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah).
Rasulullah SAW bersabda: “Wahai para pemuda, barangsiapa yang telah mampu hendaklah menikah, sebab menikah akan lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kehormatan. Namun jika belum mampu, hendaklah berpuasa, karena puasa akan menjadi perisai baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Demikianlah artikel Lelaki Sejati Adalah Lelaki Yang Berani Menikahi Pujaan Hati, semoga bermanfaat dan menjadi renungan bagi kita semua, Aamiin.