Jodohku, Lelahnya Aku Menunggumu – Jodohku, jika lelah yang kurasakan sekarang, aku yakin engkau juga merasakannya. Lelah menantimu, Lelah menanti janji Allah untuk segera mempertemukan kita dalam kesempatan untuk menggenapkan separuh dari agama ini.
Lelah, lelah yang teramat lelah, itulah yang sekarang aku rasakan.
Lelah untuk tetap menjaga hati dan iman ini. Lelah untuk istiqomah menanti hingga janji Allah tiba.
Lelah untuk tetap tersenyum dalam menghadapi setiap pertanyaan: “Kapan akan menikah?“
Di tengah kelelahan itu, izinkan aku sekedar melukiskan kekeluan hati yang sulit terucap dengan lisan ini. Dan izinkan pula aku sedikit mengutip surat cinta dari Allah, sebagai kewajiban kita untuk saling mengingatkan dlm hal kebaikan dan kesabaran: “Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji (pula), dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik (pula), dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (syurga).” (QS. An-Nuur: 26)
Lega rasanya, bisa sedikit menyampaikan ini. Meski jika boleh sedikit jujur, kutulis petikan firman Allah itu hanya sekedar menghibur hatiku yang teramat lelah.
Menghibur hatiku yang terkadang perih melihat kebahagiaan temanku atau bahkan yang usianya di bawahku telah mendapat izin Allah untuk melangsungkan pernikahan.
Hatiku yang terkadang iri melihat temanku melahirkan anaknya dan terasa lengkap sudah dirinya diciptakan sebagai seorang perempuan yang telah berkesempatan untuk menjadi seorang Ibu.
Lelah, lelah yang teramat lelah, untuk sebuah penantian yang aku sendiri tidak tahu kapan berakhirnya.
Selaksa doa yang terus ku terlantun seakan menjadi arang untuk mengobarkan asa.
Sebuah harapan untuk segera menemui hari yang paling membahagiakan.
Yaitu hari pernikahan, hari dimana kita bisa menumpahkan segala rasa cinta yang ada dengan halal dan penuh ridha Allah.
Sekilas, hatiku tersenyum kecil saat membayangkan hal itu, tapi senyum itu terpaksa harus ku tepis karena kenyataan saat ini masih jauh dengan sebuah harapan yang ada.
Sebuah kenyataan ternyata kau belum ada di depanku duhai jodohku, engkau belum datang untukku.
Meski aku tahu, kau telah dipersiapkan Allah untukku, aku tidak tahu kenapa sampai sekarang Allah belum mempertemukan aku denganmu.
Padahal, do’a dan usaha tak pernah berhenti menghiasi langkahku. Usaha untuk menyempurnakan ikhtiar dan do’a untuk menggenapkan tawakal.
Semuanya telah kulakukan, tapi kembali lagi mau tidak mau aku harus berkompromi dengan semua ketetapan Allah.
Meski aku telah meminta dengan sepenuh harap, Allah tidak akan pernah memberikan apa yang aku inginkan. Tapi Allah hanya memberikan apa yang aku butuhkan.
Meski berulang kali hati kecilku mengatakan bahwa aku telah siap untuk menikah, tapi, hanya Allah yang jauh lebih tau tentang kesiapan diriku daripada diriku sendiri.
Telah berulang kali datang di hatiku orang yang kusangka dia adalah dirimu.
Mencoba memasuki hati dan mencoba mengambil tempat yang kuperuntukkan untukmu. Tapi, berulang kali juga mereka harus keluar dan mengaku kalah karena berbagai sebab. Dan sekarang, ternyata aku masih menunggumu.
Menunggu kedatangan seseorang yang aku sendiri belum tahu siapa dirimu.
Lelah, lelah yang teramat lelah, jika aku mengucapkan satu kata: “MENUNGGU” Penantian yang aku sendiri juga belum tahu kapan berakhirnya.
Sedangkan di sekitarku, telah banyak pemandangan indah yang kulihat. Ibu-ibu muda yang usianya di bawah umurku telah sempurna menjadi seorang perempuan dengan melahirkan buah hati mereka yang lucu-lucu. Kembali lagi hatiku harus menjerit dalam tanya: “Kapan tiba waktunya untukku.?“
Menjalani hidup sebagai seorang istri, sebagai seorang ibu rumah tangga dan menjalani fitrah seorang perempuan sebagai seorang “Ibu” bagi buah hatiku.
Selaksa doa dalam sujud harap tak pernah lekang di tiap sepertiga malam terakhirku.
Mencoba mengadu pada tiap doa yang terlantun. Mencoba mengiba dalam tiap tangis yang terus membasahi sajadah. Dan Mencoba bertanya dalam heningnya istikharah: “Siapa dan dimana dia yaa Allah?” Seseorang yang telah Engkau janjikan untukku. Seseorang sebagai penyempurna agamaku, penjaga ketaatanku sekaligus penggenap langkah dakwahku?“
Lelah, lelah dan teramat lelah, jika hati ini mencoba mengeja setiap rencana Allah. Tapi satu keyakinan yang akan terus membuatku tersenyum di tengah hati yang semakin lelah.
Janji Allah mungkin tidak datang dengan segera. Tapi akan slalu datang dengan pasti. Seperti apa yang telah Allah janjikan dalam Surat An-Nuur: 26.
Sekarang, aku memang tidak tahu siapa dirimu dan dimana keberadaanmu. Tapi aku yakin, engkau akan dipertemukan Allah denganku saat masing-masing kita telah baik dalam pandangan Allah.
Baca Juga Artikel Lainnya: Wahai Pria, Pahamilah Sifat-Sifat Wanita.