Duhai Calon Imamku, Inilah Harapanku Jika Kelak Menjadi Istrimu – Duhai calon imamku, ketika aku masih diasuh oleh ayah dan ibuku, tak lain doaku agar menjadi anak yang sholehah, agar kelak dapat menjadi tabungan keduanya di akhirat. Namun nanti, setelah menjadi isterimu, aku berharap menjadi pendamping yang sholehah agar kelak disyurga cukup aku yang menjadi bidadarimu, mendampingi dirimu yang sholeh.

Perlu engkau ketahui duhai calon imamku, aku ini pencemburu berat. Tapi jika Allah dan Rasulullah lebih kau cintai daripada aku, aku rela, aku harap begitu pula dirimu.

Pernah suatu ketika aku membaca sebuah kisah: “Aku minta kepada Allah setangkai bunga segar, namunDia memberiku kaktus berduri. Aku minta kepada Allah hewan mungil nan cantik, namun Dia beri aku ulat berbulu.”

Dan aku sempat kecewa dan protes. Betapa tidak adilnya ini?

Duhai Calon Imamku, Inilah Harapanku Jika Kelak Menjadi Istrimu

Namun kemudian kaktus itu berbunga, sangat indah sekali. Dan ulatpun tumbuh dan berubah menjadi kupu-kupu yang teramat cantik.

Kini aku mengerti, ternyata itulah jalan Allah, indah pada waktunya.

Allah tidak memberi apa yang kita inginkan, tapi Allah memberi apa yang kita butuhkan.”

Dan aku yakin kaulah yang kubutuhkan, meski bukan seperti yang aku harapkan.

Baca Juga: Mengapa Wanita Sering Menangis? Inilah Jawabannya.

Duhai calon imamku yang di rahmati Allah, apabila hanya sebuah gubuk menjadi perahu pernikahan kita, takkan kunamai dengan gubuk derita. Karena itulah markas dakwah kita, dan akan menjadi indah ketika kita hiasi dengan kasih dan cinta.

Ketika kelak telah lahir generasi penerus dakwah islam dari pernikahan kita, bantu aku untuk bersama mendidiknya dengan harta yang halal, dengan ilmu yang bermanfaat, terutama dengan menanamkan pada diri mereka ketaatan kepada Allah SWT.

Bunga akan indah pada waktunya. Yaitu ketika bermekaran menghiasi taman. Maka kini tengah kupersiapkan diri ini sebaik-baiknya. Kini aku sedang belajar menjadi yang terbaik. Meski bukan umat yang terbaik, tapi setidaknya menjadi yang terbaik disisimu kelak.

Duhai calon imamku, inilah sekilas harapan yang kuukirkan dalam rangkaian kata. Seperti kata orang, tidak semua yang dirasakan dapat diungkapkan dengan kata-kata. Itulah yang kini kuhadapi.

Kelak saat kita tengah bersama, maka disitulah kau akan memahami diriku, sama halnya dengan diriku yang akan belajar memahamimu.

Hidup ini indah bila engkau selalu hadir di sisiku setiap waktu, hingga aku hembuskan nafas yang terakhir.

Baca juga tulisan berikut ini: