Disinilah Letak Kekuatan Seorang Wanita

Disinilah Letak Kekuatan Seorang Wanita – Kekuatan seorang wanita bukan terletak pada kariernya, jabatannya, profesinya, bukan pula pada kekuasaannya, pendidikannya, gelar-gelarnya, atau terletak ketika dia menjadi polisi, tentara, atlet, dan lain-lain.

Disinilah Letak Kekuatan Seorang Wanita
Akan tetapi, kekuatan seorang wanita adalah ketika ia menjadi seorang istri dan menjadi seorang Ibu.

Disinilah Letak Kekuatan Seorang Wanita ketika menjadi seorang istri.

Ketika dia “melepaskan” keluarga yang sudah membesarkannya.

Ketika dia “melepaskan” teman-temannya, sahabat-sahabatnya.

Ketika dia “melepaskan” para mantan kekasihnya.

Ketika dia “melepaskan” kariernya,posisinya, jabatannya.

Ketika dia “melepaskan” Hal-hal yang dulu disukainya.

Malah memilih untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, mencuci baju dan menyeterika, mengelap dan membersihkan perabotan, menyapu dan mengepel lantai, mengosek wc, dan lain-lain.

Membuat tangannya yang halus lentik menjadi agak kasar dan berkuku pendek, belajar memasak, yang kadang baru dilakukan seumur hidupnya.

Ketika dengan sabar “Makan hati” melihat kemalasan suaminya.

Ketika dengan sabar, berusaha memahami mertua, walaupun benci setengah mati.

Hanya untuk bersama suaminya membangun keluarga baru yang mandiri.

Baca Juga:
Maafkanlah Kesalahan Pasangan Hidup Kita.
Istri Harus Mensyukuri Setiap Pembarian Suami.
Wahai Calon Suamiku, Jemput Aku Menjadi Bidadarimu.

Ketika Menjadi Seorang Ibu

Ketika bersusah payah untuk hamil, ketika berbahagia mengetahui dirinya hamil, ketika mulai mengalami mual dan “morning sickness”, letika memaksakan minum susu, walaupun tidak suka, menjaga pikiran dan perkataanya, biar tidak “kualat”.

Ketika kakinya mulai bengkak, bahkan varises.

Ketika Wajahnya mulai berjerawat dan hidungnya membesar.

Ketika tubuhnya mulai membengkak dan susah bergerak.

Ketika bersusah-payah mengandung bayinya selama 9 bulan lebih.

Akan tetapi dia tetap berusaha melakukan pekerjaan rumah tangga.

Bahkan tetap “melayani” suaminya yang tak tahu diri.

Ketika mempersiapkan segala sesuatunya untuk kelahiran sang bayi, baju, botol susu, ranjang, bedongan, peralatan mandi, kamarnya, dan lain-lain.

Ketika ketakutan waktu mau melahirkan karena mau dioperasi cesar.

Ketika kedinginan sampai giginya gemeletuk karena ketakutan mau dioperasi.

Ketika berusaha bangun secepatnya, sambil menahan sakit karena luka bekas operasi.

Ketika berusaha memerah susu dan menyusui sampai sakit, karena keluar susunya sedikit. Bahkan sampai puting susunya lecet dan berdarah.

Ketika kurang tidur, karena selalu bangun tengah malam untuk menyusui maupun untuk membersihkan kotoran dan kencing waktu mengganti popok, ketika tetap menggendong bayi sampai tidur walaupun dirinya sendiri lelah karena kurang tidur.

Ketika bersusah payah memberikan makanan yang bergizi dan susu yang mahal.

Ketika menghemat uang belanja pribadi, untuk kebutuhan keluarga.

Ketika dengan sabar, mengajarkan anak berjalan, mengajak main,menggendong anak kemana-mana, mengantarkan anak sekolah, mencarikan dan membelikan mainan untuk anak, semua dilakukan untuk keluarga, bahkan sampai melupakan diri sendiri, dan ketika anak-anaknya sudah besar, dia harus melepaskan mereka, agar mereka bisa berkembang dan berkeluarga sendiri, dan diapun kembali kepada suaminya, yang sudah mulai tua, buncit dan membotak, hanya untuk setia sampai mati.

Dalam susah maupun senang, kaya maupun miskin, sehat maupun sakit, waras maupun gila, sampai maut memisahkan mereka.

Baca Juga: Duhai Istriku, Aku Akan Berusaha Menjadi Suami Yang Baik.

Baca juga tulisan berikut ini: