Ketahuilah wahai mujahidku, mengetahui namamu tidak menjadi idamanku, apalagi untuk menatap wajahmu, menggeletar diri ini apabila terfikirkan azab Allah, justru diri ini amat bersyukur karena masih tidak ditakdirkan sembarang pertemuan antara kita, ku bimbang andai terjadi pertemuan itu sebelum lafaz akad darimu, sungguh kita menempuh siksaan Allah. Ya Tuhan kami lindungi kami.
Biar bertahun lama, yang ku tunggu bukan dirimu, tetapi yang ku tunggu adalah lafaz akad yang akan membimbing diri ini ke Jannah Allah.
Apalah artinya perasaan kasih yang bersemi untukmu calon suamiku andai maharnya bukan kemampuanmu untuk mendidikku menjadi mujahidah yang mencintai Dia lebih dari segalanya.
Baca Juga: Untukmu Yang Mencintaiku Karena-Nya.
Tiada yang lebih bahagia bagiku calon suamiku, melainkan didikanmu yang akan membuat diri ini mencintai perjuangan menegakkan Dien ini, berikan ku sepenuh kekuatanmu dalam mendidik iman ku agar syahid ku damba, berikanku segala kasihmu jua agar sujudku kan tegar padaNya dalam memohon dikurniakan pada kita mujahid-mujahid yang akan menyambung perjuangan abah mereka.
Berikanku sepenuhnya sebagian hati yang kau sediakan untuk diriku, agar sebagian hati mu itu akan menjadi inspirasi padaku untuk menghantar satu per satu mujahid kita ke medan jihad.
Mungkin kau heran suamiku, mengapa diri ini hanya menginginkan sebagian hatimu dan bukan sepenuhnya?
Wahai calon suamiku, hatimu itu milik Rabbul Izzati, dan kumohon sebagian itu sebagai semangatku.
Wahai calon suamiku, dari awal sudah kudidik hati ini, bahwa dirimu bukan milikku tapi milik Allah, dan diriku hanya medan yang diciptakan-Nya untuk menyambung generasi jihad dari rahim ini.
Wahai calon suamiku, seadanya diri ini sekarang hanyalah dalam mujahadah, mentarbiyyah jiwa agar diriku bisa menjadi sayapmu mengenggam syahid.
Tolonglah bimbang diri ini andai ku gagal mendidik hati, karena yang kuimpikan adalah seorang pejuang untuk menyambung jihad yang terbentang dengan melahirkan para mujahid.
Wahai calon suamiku, walau dimana jua dirimu dan siapa jua dirimu, yang pasti bersama kita mendidik hati mencintai syahid demi ridha-Nya, sebagai hamba yang menikmati karunia yang tidak terkira dari Rafi’ul A’la, bersamalah kita bersyukur, bersyukur dengan mencintai Dia lebih dari segala isi dunia dan dunia ini, karena hilang arti pada sebuah kehidupan andai cinta dari Allah tidak kita balas, andai cinta sementara bisa
melukakan hati, maka sepatutnya hati-hati kita robek sudah karena gagal membalas segunung cinta dari Dia yang Maha Esa.
Semoga semuanya terjawab dalam sujud yang kita labuhkan demi ridha-Nya, biarlah seribu malam berlalu tapi pastikan ia berlalu dengan alunan sendu dalam sujud kita diatas lembaran tahajjud, karena aku makin mencintaimu.
(By: Umi Zahraa El-Harits)