Ketika Jodoh Tak Sesuai Harapan – Ketika diri masih sendiri berteman sepi, tiada pasangan hidup yang menemani, dan kita sering mengharapkan kapankah keindahan itu menghampiri diri? Sehingga dalam mengarungi hidup tak lagi sendiri, karena ada pujaan hati yang setia menemani.
Di kala kita masih sendiri terbersit niat di hati untuk bertekad menjadi suami/ istri yang sholeh sholehah.
Berbagai literatur tentang pernikahan kita pelajari. Sehingga sosok suami/ istri sholeh sholehah terpatri di relung hati. Bilakah waktu itu kan tiba? Ingin rasanya kita memberikan yang terbaik untuk pasangan kita.
Ketika Allah mentaqdirkan kita mendapatkan jodoh yang sholeh sholehah kitapun melangkah ke maghligai pernikahan tanpa ragu. Kini ketika telah menjalani kehidupan rumah tangga banyak hal yang kita temui tak seindah apa yang kita bayangkan.
Sifat, karakter, selera, perbedaan pola asuh dan latar belakang keluarga yang berbeda yang semula mudah dijembatani oleh kesamaan iman, cita- cita dan cinta ternyata lambat laun menjadi pemicu perselisihan.
Taman bunga yang semula nampak indah ternyata hanya singkat saja kita bisa nyaman singgah di dalamnya. Sesungguhnya Allah telah memberikan modal dasar cinta dan kasih sayang terhadap pasangan kita namun kita sendirilah yang memupuknya agar cinta pasangan suami istri tumbuh dan bersemi selalu.
Salah satu yang membuat menurunnya cinta dan kasih sayang terhadap pasangan adalah “BERHARAP KESEMPURNAAN DARI PASANGAN.”
Padahal di awal pernikahan, pasangan kita sesungguhnya memang tidak sempurna.
Pasangan kita bukanlah sosok yang bisa memenuhi semua kriteria yang kita inginkan.
Dalam hal ini ada baiknya kita renungkan nasehat bijak dari Imam Syafii.
Jika kita membayangkan pasangan yang sempurna tetapi menikah dengan pasangan yang tak sempurna dan tetap berharap kesempurnaan, maka pilihannya ada dua:
- Hapus bayangan kesempurnaan itu dan terimalah pasangan kita sebagaimana adanya.
- Campakkan pasangan kita dan terimalah bayangan kesempurnaan itu sebagai pasangan hidup kita.
Rasulullah SAW bersabda: “Manusia itu seperti unta. Di antara 100 ekor unta, sangat sulit menemukan seekor yang sangat baik tunggangannya.” (HR. Bukhari Muslim).
Bagi istri, hampir tidak mungkin mendapatkan suami yang gagah perkasa, mulia, dermawan, berilmu luas, banyak sedekah, pandai mengendalikan amarah, mudah memaafkan dan romantis.
Demikian pula bagi suami hampir tidak mungkin memiliki istri yang cantik, pandai menyenangkan suami, cekatan, pandai memasak, pintar mengelola keuangan, rajin ibadah dan sifat baik lainnya.
Rasulullah SAW menasehati kita berkenaan dengan kekurangan pasangan kita: “hendaknya seorang mukmin tidak meninggalkan mukminah. Kalau dia membenci suatu perangai pada diri istrinya, dia pasti menyenangi perangai yang lain.”
Pesan ini senada dengan firman Allah SWT: “Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa : 19).
Ada sebuah ungkapan: “Cinta itu indah bukan mainan. Cinta tulus bukan paksaan. Karena cinta bukan hanya ungkapan. Tapi cinta juga butuh pengorbanan. Cinta sejati mendengar apa yang dikatakan, mengerti apa yang tidak dijelaskan karena cinta datang dari hati yang dalam.”
Kata – kata ini biasanya dipakai oleh orang yang masih dalam proses ta’aruf.
Namun bila sudah melangkah dalam gerbang pernikahan, masihkah ada kelembutan dan kesopanan?
Masihkah ada cinta, kasih sayang dan rindu yang menggebu?
Sebagai bumbu perekat keharmonisan rumah tangga adalah kita harus memiliki keimanan dan kesabaran.
Dengan keimanan kita yakin bahwa jodoh yang diberikan itu adalah yang terbaik menurut Allah.
Dengan kesabaran kita berusaha untuk ikhlas menerima keadaan pasangan kita untuk bersama- sama saling berbenah diri menuju pribadi yang lebih baik sehingga bisa menjalankan roda kehidupan berumah tangga dengan tentram dan damai.
Dalam memaklumi kekurangan pasangan, bukan berarti membiarkan beberapa kesalahan itu. Kita harus berupaya saling menasehati dengan lembut dan bijak agar bisa bersama- sama berpegang teguh pada kebaikan dan kebenaran.
Baca Juga Artikel Lainnya: Kalau Jodoh Takkan Kemana, Berani Sabar?